Pilih jadi reseller atau dropshipper? Banyak orang bingung ketika dihadapkan pada dua pilihan tersebut. Kedua pekerjaan itu emang cocok dijalankan sebagai pekerjaan sampingan. Namun, ada beda di antara keduanya.
Seperti yang kamu tahu, reseller dan dropshipper sama-sama pekerjaan yang ada hubungannya sama urusan dagang. Mirip-mirip pedagang, tapi dua pekerjaan ini punya cara berbeda menjual barang ke konsumen.
Kalau kamu berniat melakukan salah satunya, tapi bingung yang mana, kamu perlu mengetahui perbedaan keduanya dalam ulasan berikut.
Seperti apa? Yuk, simak di sini:
Baca Juga : Ad Breaks - Cara Baru Menghasilkan Uang Dengan Facebook
Baca Juga : Ad Breaks - Cara Baru Menghasilkan Uang Dengan Facebook
1. Cara kerja berbeda
Bedanya reseller dan dropshipper bisa dilihat dari cara kerja mereka. Reseller itu bisa dibilang mirip-mirip dengan pedagang. Mereka harus lebih dulu membeli barang sebelum menjualnya ke konsumen.
Reseller memperoleh barang dari supplier atau distributor. Setelah mendapatkan barang dengan jumlah tertentu, baru reseller menjualnya.
Beda lagi dengan dropshipper. Cara kerja dropshipper adalah menawarkan barang ke konsumen lebih dulu terus kalau dapat order, nantinya diteruskan ke supplier atau distributor. Nantinya supplier atau distributor yang terima order mengirimkan barang ke konsumen.
2. Modal yang dikeluarkan
Kalau ditanya mana yang mengeluarkan modal minim, jawabannya adalah dropshipper. Mengapa?
Pasalnya, dropshipper gak harus membeli barang supaya bisa menjual. Cukup modal pulsa, paket data dan informasi, pekerjaan ini udah bisa dilakukan.
Sementara itu, jadi reseller harus mengeluarkan modal karena harus membeli barang terlebih dahulu. Besarnya modal menentukan jumlah barang yang kamu dapat.
Selain itu, modal seperti pulsa, paket data, dan ongkos transportasi juga dihitung. Biaya-biaya itu termasuk dalam biaya operasional kantor.
3. Berbicara profit, lebih untung mana ya?
Ditanya soal ini, jelas lebih untung reseller. Mengapa? Sebab, bisa mendapat barang dengan harga termurah dan mengatur harga jual sekehendaknya. Di situ, dia dapat untung yang bisa aja besar.
Lain cerita kalau kamu menjadi dropshipper. Sulit bagi dropshipper mendapat untung sebesar reseller. Pasalnya, order yang diberikan dropshipper masih kalah banyak dengan pembelian reseller.
Karena itu, reseller bisa mendapat harga barang dari supplier lebih murah ketimbang dropshipper. Di sinilah mereka bisa menentukan berapa keuntungan yang pengin didapatnya.
4. Risiko yang ditanggung
Bekerja sebagai reseller atau dropshipper bukan berarti tanpa risiko. Ada sejumlah konsekuensi yang bakal dialami menjalani kedua pekerjaan tersebut.
Meski terlihat gampang, menjadi dropshipper nyatanya ada kekurangannya juga. Sekadar diketahui, namanya barang gak selamanya selalu tersedia di supplier.
Di sinilah pesanan yang datang mau gak mau harus kamu tolak karena gak ada ketersediaan barang. Kalau udah begini, kamu bisa gak dapat pemasukan.
Ujung-ujungnya, seandainya barang kosong lama, kamu harus berhenti sementara berdagang hingga stok barang terisi kembali.
Untuk risiko dari reseller, pastinya udah bisa kamu bayangkan. Misalnya, banyak barang yang gak laku terjual, udah pasti mereka mengalami kerugian. Mau gak mau nih barang yang tersisa dijual rugi daripada gak laku sama sekali.
5. Pelayanan ke konsumen
Reseller dan dropshipper juga berbeda dalam cara memberikan pelayanan ke konsumen. Kalau reseller, begitu terima order bakal lakukan pengemasan dan mengirim barangnya sendiri. Jadi, biaya pengemasan dan pengiriman menjadi tanggungannya.
Sementara itu, kalau jadi dropshipper, kamu cuma menyampaikan pesanan kepada supplier. Urusan pengemasan dan pengiriman menjadi tanggungan supplier. Dengan begitu, kamu gak usah memikirkan biaya pengemasan dan pengiriman.
Itu tadi perbedaannya dua pekerjaan sampingan itu. Pilih dengan bijak dan pertimbangkan masak-masak ya pekerjaan mana yang cocok buat kamu.
Seain itu, pastikan kamu udah siap terima konsekuensi yang bisa terjadi. Semoga informasi di atas bermanfaat ya!
0 comments:
Post a Comment