Sunday, August 27, 2017

Kisah Negeri di Atas Awan - Dieng



Kisah Negeri di Atas Awan - Dieng.
Dataran tinggi Dieng, jika anda merencanakan untuk berkunjung ke Dieng, jangan lupa untuk membawa baju tebaldan hangat, karena Dieng itu dingin sekali. Apalagi saat bulan Juni atau Agustus biasanya adalah puncak musim dingin di Dieng, suhunya bisa mencapai di bawah 0 derajat celsius.

Pemandangan di Dieng sangat menakjubkan, matahari terbit disana disebut dengan Golden Sunrise karena cahayanya yang mirip kilau emas, itu yang biasanya dikatakan oleh para wisatawan pengunjung Dieng.



Bukit Sikunir. Ketika pagi menjelang, banyak sekali para wisatawan mengunjunginya. Sikunir ini merupakan bagian dari Desa Sembungan, desa paling tinggi di pulau Jawa. Para wisatawan yang berkunjung ke Dieng pasti menyempatkan diri untuk mampir ke sini. Cahaya matahari dari puncak Sikunir berwarna seperti kunyit dalam bahasa Jawa berarti kunir, maka dari itu dinamakanlah Puncak Sikunir.

Dieng tanahnya para dewa. Kalau kata orang-orang tua jaman dahulu, di sini adalah tempat dewa-dewi bersemayam atau Tanah Kahyangan dalam bahasa Jawa. Konon Kyai Kolodete itu, orang pertama yang menguasai alam Dieng adalah penganut agama Hindu yang menjadi Muslim. Sebagai penguasa pertama, beliau ingin bisa dikenang oleh anak cucunya. Kyai Kolodete-pun menitipkan wasiat, namun bukan dalam bentuk petilasan atau makam, tetapi menurut kepercayaan orang Dieng dari dulu, ini titisannya.

Rambut Gimbal. Orang-orang di Dieng biasa menyebutnya anak Bajang. Konon Kyai Kolodete sendiri yang akan memiih pada siapa anak gimbal itu akan menurun, begitu legendanya. Selama sang anak belum meminta potong rambut, pantang untuk menghilangkan gimbalnya, kalau dipaksa malah rambut gimbalnya akan terus tumbuh dan bertambah banyak.



Ruwatan. Bagi orang Dieng, ruwat anak gimbal ini merupakan hajat besar. Hampir semua masyarakat Dieng bantu-membantu dalam melaksanakannya. Ketika rambut anak gimbal siap dipotong, ditandai dengan permintaan yang tidak biasa dari si anak rambut gimbal. Itulah tandanya si anak harus segera di ruwat. Meskipun ini merupakan hajat untuk anak Gimbal, tetapi para pengunjung bisa mendapat keberkahan. Upo rambe, ini yang biasa ditunggu-tunggu, mendapat salah satu sesaji katanya bisa mendapat berkah.

Selain jadi hajatan anak Gimbal, ruwatan ini juga jadi pesta budaya untuk warga Dieng itu sendiri. Seluruh warga Dieng tumpah ruah di komplek Candi Arjuna

Dieng merupakan tempat paling subur di Jawa Tengah karena Dieng merupakan bekas gunung purba jadi wajar kalau tanahnya subur.



Kawah. Ada beberapa kawah di Dieng seperti kawah Sikidang dan kawah Sileri. Selain kesuburan kawah ini memberi manfaat langsung untuk warga Dieng. Selain jadi tujuan wisata listrik di Dieng asalnya dari panas bumi kawah-kawah tadi.

Kentang. Hampir semua warga Dieng adalah petani kentang. Sepanjang tahun warga Dieng menanam dan memanen kentang yang menjadi komoditi utama warga Dieng.

Purwaceng. Bagi warga Dieng, tempat untuk nongkrong terfavorit adalah dapur. Selain untuk makan, di dapur warga Dieng bisa menghangatkan diri, maklum saja, karena suhu di sana sangat dingin. Bukan hanya karena panas dari api perapian saja yang bikin hangat, tetapi karena suasana santai bersama teman-teman serta minuman khas dari Dieng yang bernama Purwaceng. Menurut warga sekitar, purwaceng ini menjadi minuman stamina para laki-laki di Dieng tetapi purwaceng ini juga bisa dinikmati oleh para kaum wanita juga loh. Purwaceng ini merupakan sejenis tanaman herbal yang biasanya tumbuh di dataran tinggi dan biasa disebut ginseng Dieng olenh warga sekitar. Kata beberapa orang, tumbuhan purwaceng juga ditemukan di pegunungan Alphen Swiss. Untuk sampai siap panen, dibutuhkan waktu mencapai 2 tahun. Karenanya, ladang purwaceng tidak begitu luas. Tanaman ini memang sulit tumbuh karena tempatnya tumbuh juga tidak sembarangan.

Itu tadi sepenggal kisah dari tanah Dieng, tananhnya para dewa, sebuah negeri di atas awan.

Link : 

#Dieng 

0 comments: